Kamis, Agustus 20, 2009

Strategi Belajar

Sebagai seorang pelajar waktu sehari-hari kita banyak habiskan dengan belajar, baik belajar di bangku sekolah, kuliah, atau belajar sendiri di rumah. Belajar sangat mudah untuk dikatakan tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Untuk membuat diri kita dapat belajar dengan tekun dan serius merupakan suatu hal yang sulit. Merasa kurang mengerti dalam memahami berbagai macam mata pelajaran. Hal ini saya rasa banyak sekali dirasakan oleh para pelajar dan saya rasa hal ini merupakan masalah yang patut kita cari jala keluarnya. Untuk itu disini saya akan berbagi pikiran mengenai strategi belajar yang mudah-mudahan dapat membantu kita dalam menyelesaikan masalah ini.

1. Jiwa, raga, dan fikiran kita berada di satu tempat.
Apabila kita sedang belajar baik itu dikelas atau dirumah kita harus fokus dengan apa yang sedang kita pelajari. Biasanya kita kesulitan untuk focus karena kita masih memikirkan hal lain diluar yang sedang kita bahas. Misalnya kita sedang belajar tetapi fikiran kita melayang memikirkan sedang apa kekasih kita? Ingat belum angkat jemuran, ingat janjian buat jalan-jalan sama teman-teman, dan banyak hal lainnya yang membuat kita tidak fokus. Coba untuk tidak memikirkan hal lain dahulu selain memikirkan pelajaran yang sedang kita bahas atau hadapi. Artinya kita harus serius dan fokus dengan apa yang sedang kita hadapi.

2. Jelas sebelum keluar kelas.
Waktu kita lagi dikelas, pada saat guru atau dosen menjelaskan materi pembelajaran kadang kita suka sambil ngobrol sama teman, sibuk sendiri main handphone dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat kita menjadi kurang fokus dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga alhasil membuat kita tidak banyak paham dengan pelajaran yang sedang dibahas. Padahal baiknya sebelum jam pelajaran selesai dan kita beranjak keluar kelas kita sudah harus paham dengan apa yang diajarkan oleh guru.

3. Beri tanda-tanda.
Pada saat belajar dikelas tentunya para guru mengunakan referensi yaitu sebuah buku sebagai acauan untuk seorang guru itu mengajar. Apabila kita ingin mendapatkan nilai ujian yang baik maka kita harus pintar melihat hal-hal apa yang paling ditekankan oleh guru tersebut pada saat mengajar. Karena pada bagian itulah yang nantinya kemungkinan besar akan keluar pada saat ujian. Bagian yang ditekankan oleh guru tersebut kita beri tanda agar kita dapat mempelajrinya kembali dirumah.

4. Mengetahui gaya belajar.
Para pelajar tentunya masing-masing memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar pada diri sendiri ini sebaiknya kita mengetahuinya. Karena apabila gaya belajar yang kita gunakan ternyata masih belum tepat kita dapat menganti dengan gaya belajar yang efektif yang jelas jangan mengunakan gaya belajar SKS. Dengan mengunakan gaya belajar yang baik tentunya akan memberikan hasil yang baik juga.

5. Mengetahui tipe mata pelajaran.
Setiap mata pelajaran mempunyai tipe masing-masing dan semua itu kita harus mengetahuinya tentunya agar mempermudah kita dalam belajar. Misalnya matematika merupakan tipe pelajaran yang eksak, pelajaran yang banyak berhitung dan membutuhkan pemahaman tentunya cara kita belajar yaitu dengan banyak latihan dan sedikit menghapalkan rumus-rumus inti. Lain halnya jika pelajaran sejarah, bahasa Indonesia, bahasa inggris atau biologi yang memiliki tipe yang berbeda dengan matematika.

6. Jangan menunda.
kata ini harus dapat diterapkan dalam setiap pekerjaan kita, termasuk belajar karena dengan menunda pekerjaan hanya akan membuat kita semakin malas. Begitu tahu pekerjaan banyak, kita semakin malas untuk mengerjakannya. Ingat, pekerjaan rumah bukan tabungan yang bila disimpan lama-lama bisa jadi bukit. Tapi, pekerjaan rumah memang suatu pekerjaan yang harus diselesaikan dengan segera dan tidak dapat ditunda. Selain itu dapat mengajarkan kita tentang rasa tanggungjawab terhadap diri kita sendiri.

7. Selalu Berdoa.
Berdoa merupakan sesuatu yang tak dapat dilepas dari kehidupan kita. Mau seberapa besar usaha kita apabila tak disertai dengan berdoa dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa semuanya akan terasa hampa. Untuk itu marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing.

Jumat, Agustus 14, 2009

Kesenian Jathilan







Jathilan atau orang sering mengenalnya dengan sebutan Kuda Lumping merupakan kesenian asli dari Jawa, Indonesia. Kesenian ini merupakan sebuah kesenian yang mengeksplorasi gerakan yang sungguh indah yang dikombinasikan dengan musik tradisional yang terbilang mistik. Music yang mistik ini digunakan untuk memanggil roh binatang yang sama dengan topeng atau kostum penari yang mereka gunakan dalam kesenian Jathilan. Dalam kesenian ini para penari yang telah mengenakan pakaian ala jathilan yang unik dan bagus akan menari diiringi musik serta sinden yang menyanyikan tembang lagu Jawa. Seiring dengan nyanyian dan alunan musik yang terus dimainkan lama kelamaan beberapa dari para penari akan mengalami kerasukan atau dalam bahasa Jawa dinamakan ndadi.

Pada saat beberapa penari ini ndadi penari akan hilang kesadaran tetapi uniknya penari tetap dapat mengikuti gerakan tari seperti yang dikoreografikan oleh pelatih tari mereka. Mereka akan menari meniru seperti tingkah laku gambaran hewan pada kostum yang mereka kenakan. Hingga pada saat mereka sudah semakin di bawah kesadaran maka para penari itu akan meminta sesuatu yang tidak lazim dikonsumsi manusia pada umumnya. Para penari yang ndadi itu akan minta minum air bunga, minta makan dupa yang menyala, minta makan dedaunan, minta tubuhnya dipecut (dicambuk), bahkan ada yang minta makan beling, dan lain sebagainya. Kesemua barang-barang itu diminta pada pawangnya. Kelakuan yang tidak lazim ini tentunya akan ditolak oleh orang yang tidak ‘dimasuki’ roh halus bila diminta untuk melakukannya.

Ada hal yang dapat membuat penonton berdecak kagum, yaitu para penari yang seakan tak merasakan apa yang mereka lakukan dan mereka tak merasa sakit dan tubuhnya pun tak luka karena tindakan ekstrim tersebut. Setelah para penari puas menunjukkan kemampuannya dia akan disadarkan kembali oleh seorang pawang. Setelah mereka sadar tubuh mereka menjadi lemah karena kelelahan setelah menari beberapa lama. Mereka akan kembali menjadi orang seperti biasanya.

Kesenian jathilan sekarang ini sudah kurang bermasyarakat. Kemajuan teknologi membuat kesenian ini tersisihkan, sehingga banyak kaum muda masyarakat Jawa kurang mengenal kesenian ini. Namun di beberapa daerah, kesenian ini masih digunakan dalam beberapa acara, seperti khitanan, pernikahan atau syukuran lainnya, sehingga masih dapat dinikmati oleh penggemarnya.

Kesenian Jathilan merupakan kesenian yang sudah patut dilestarikan kerena nilai eksotik dan mistik yang terkandung menjadi nilai lebih dalam kesenian ini. Sudah selayaknya kaum muda mulai dikenalkan lagi dengan kesenian ini, sehingga keberadaannya tidak tergerus oleh kebudayaan barat yang mulai menggeser kebudayaan Indonesia.



Jumat, Mei 01, 2009

Flu Babi


Belum habis masalah yang ditimbulkan oleh flu burung, sekarang menyeruak lagi suatu virus baru yang disinyalir berasal dari sekawanan hewan imut-imut yaitu babi. Keganasannya menyamai flu burung dan virus yang mulai menyebar dari Meksiko ini dideteksi akan masuk ke Indonesia, secara Indonesia juga negara yang penduduknya gemar memelihara babi. Tapi, kepikiran nggak nama yang tepat untuk jenis baru virus ini? Kalo flu burung namanya Afian fluenza, trus kalo flu babi bagusnya dikasi nama apa? Silahkan berikan nama tersebut sesuai dengan keinginan kamu. Mulailah dari memperhatikan orang yang berada di sekitarmu, coba gunakan nama mereka dengan embel "fluenza". Kalo belum cocok, beralihlah ke lainnya..

"Belum habis gelap terbitlah yang lebih gelap" mungkin itulah istilah yang sedikit mengena dengan kasus flu Babi ini. Apabila kita kaji secara ilmu kimia, logikanya virus ini akan dapat menyebar apabila virus ini telah terbawa masuk ketubuh manusia dan manusia itu jalan-jalan keseluruh negara niscaya virus tersebut dapat menyebar... Untuk itu langkah utama yang perlu dilakukan dalam hal ini yaitu dengan menjaga jangan sampai ada penderita yang bisa tidak diketahui bahwa ia menderita penyakit bawaan babi ini. kemudian memastikan bahwa piaraan babi di seluruh dunia tidak bermain hujan-hujanan, sehingga mereka dapat dipastikan bebas flu babi. Kalau dulu pada waktu flu burung menyebar, banyak burung dan unggas lain yang dimusnahkan untuk menghentikan penyebaran virus ini. Nah, sekarang bila tindakan itu dilakukan terhadap babi, bayangkan akan sebesar apa kuburannya?? Untuk itu, tugas kita semua sebagai warga di dunia yang baik, rajin menabung, ramah, baik hati dan tidak sombong harus melakukan tindakan preventif dalam usaha untuk menjaga lingkungan sekitar sampai diri kita sendiri agar terhindar dari noda dan dosa babi ini. Jadi, himbaulah seluruh temen-temen, sanak keluarga, adek-kakak, kakek-nenek, engkong-babe, semuanya deh... jangan mainan ma babi yaaa...

Rabu, April 29, 2009

Curhat

Gile...ternyata ngendaliin yang namanya emosi itu ternyata susah banget yaa...

apa lagi ngajarin orang buat bisa ngendaliin emosi lebih susah lagi...

suka aja sih ngajarin orang buat bisa kendaliin emosi tapi kalau yang kita ajarkan itu nggak kasih hasil seperti yang kita harepin pasti sedih banget kan...??

seperti gagal gitu dech misi kita...

Padahal ngendaliin emosi itu letaknya hanya ada satu yaitu di pikiran kita itu...

gimana kita bisa berfikir yang baik...

positif thingking gitu lah istilah kerennya...

tapi, bagi dia kok susah banget buat bisa positif berfikir...

entah apa emang udah perwatakan atau udah bawaan orok kali...

malem ni rasanya kesal ajaa...

aku ngerasa gagal banget...!!

Kalau diri aku kok mampu aja rasanya ngendaliin itu semua padahal boleh dibilang masalah yang aku hadapi nggak mudah n nggak gampang...

mungkin kalau dia yang ngerasa pasti bakalan emosi banget dech...

tak jamin...

Aku pengen cerita tapi bingung mau cerita ma sapa yang mau dengerin unek-unek aku...

yaa mungkin aja komputer yang membawa ku kedunia maya ini bisa nerima semua unek-unek aku...

n bisa tanggapi semua itu dengan baik...

aku harap begitu,...

capek juga sih udah hampir dua taun ceramahin n ajarin dengan pelan banget...

tapi perubahan yang terjadi cuma dikit ja...

kan cedih deee...

soalnya dia pesimis sii...

masa belum-belum udah bilang nggak bakalan bisa berubah banyak...!!

mana kalau dinasehati bukannya terima kasih atau apa eh malah balik marah...

pake teriak, pukul, bentak, tampar segala...

kaya KDRT aja....hee...

pusing aku...

malas pulang....!!

Senin, April 20, 2009

Ayang Ozon


My Dear... There is so many words, but I can't spell anything... So you can understand me... I can't tell anything so you can understand if there's no love except your love... I LOVE YOU so much, Honey... I need you always beside me, be in here, not only when I'm sad, but also when I'm happy... Because I will share my happiness with you and I believe only with you... I can fell the really happiness that you have and you can share with me...

Sabtu, April 11, 2009

Google Rugi Rp. 5,2 Triliun dari YouTube


Sekitar 3 tahun telah berselang sejak Google membeli YouTube dengan ongkos US$ 1,65 miliar. Namun meski situs ini punya begitu banyak peminat, Google malah diprediksi menuai kerugian besar dari YouTube. Nilai kerugiannya mencapai US$ 470 juta di tahun 2009 ini.

Lembaga keuangan Credis Suisse-lah yang memprediksi angka tersebut, yang dikutip dari WebProNews, Selasa (7/4/2009). Menurut Spencer Wang dan Kenneth Senna selaku analis di Credit Suisse, YouTube memang bakal menerima perolehan sekitar US$ 240 juta tahun ini.

Namun berbagai macam pengeluaran diprediksi akan membebani YouTube sampai US$ 711 juta banyaknya. Pengeluaran terbesar misalnya dari biaya bandwidth untuk mendistribusikan video, yakni sejumlah US$ 360,4 juta. Dengan demikian setelah dihitung selisihnya, situs berbagi video ini diprediksi bakal merugi sekitar US$ 470 juta.

Menurut Wang, Google baru meraih pendapatan iklan yang kecil dari YouTube. Hanya 3 persen dari seluruh halaman situs yang bisa dipakai untuk beriklan terjual. Hal itu diperparah terjangan krisis ekonomi yang mengurangi belanja iklan.
(Berbagai Sumber)

KUCING MISTERIUS

“Miaaaw.…”
Suara lembut itu mengejutkan Nida yang sedang asyik mengetik karya tulisnya di komputer. Nida menghentikan kesibukannya. Menoleh ke kiri dan ke kanan mencari asal suara itu. Tiba-tiba, kakinya yang terjulur di kolong meja komputer terasa geli tersentuh bulu-bulu lembut, lebat… seekor kucing!
“Miaaaw!”
Nida terpana menatap kucing itu. Makhluk itu cantik sekali. Mungkin ini yang disebut kucing anggora. Bulunya panjang-panjang dan lebat sekali. Bulu ekornya juga panjang-panjang dan lebat. Warna bulunya indah, kuning keemasan mulai dari kepala, tengkuk, punggung, hingga ujung ekornya. Begitu juga sisi luar keempat kakinya. Sementara, wajah, leher, dada, dan perut, serta sisi dalam kaki-kakinya ditumbuhi oleh bulu berwarna putih bersih. Cantik sekali! Begitu sempurna!
Ragu Nida mengelus kepala kucing itu, takut kucing itu mengamuk. Tapi tidak, kucing itu malah tampaknya senang dielus-elus. Bahkan, ia mengusap-usap kepala dan tubuhnya ke kaki Nida. Nida terkikik kegelian.
“Pus, kamu cakep banget. Pasti kamu ada yang punya, ya? Kucing liar mana mungkin cakep begini?” kata Nida. Diraihnya tubuh kucing itu. Didekap dan digendongnya.
Nida memang tidak canggung menyentuh kucing, karena Nida memang penyuka kucing. Bahkan, binatang favoritnya memang spesies kucing. Entah mengapa tingkah manja kucing membuatnya senang dan terhibur. Dan suara kucing yang imut itu… miaaaw... ih, bikin Nida gemes!
Semasa SMP dulu, Nida pernah memelihara kucing. Dinamai Pinky karena hidungnya berwarna merah muda. Selama satu setengah tahun, Pinky menjadi sahabat terbaik Nida, yang selalu melipur laranya di kala kesedihan melanda. Tingkah lucu Pinky selalu mampu membuat Nida tertawa. Namun, akibat keteledorannya, terlambat menyadari Pinky sakit, kucing kesayangannya itu pun sekarat selama tiga hari dan akhirnya mati. Lama Nida berduka dan merasa sangat bersalah. Dan Bunda tak pernah lagi mengijinkan Nida memelihara kucing karena Nida menunjukkan sikap tak bisa bertanggung jawab terhadap binatang peliharaannya.
“Miaaaw….” Kucing itu mengeong lagi. Matanya terpejam menikmati gelitik jemari Nida di lehernya. Nida tersenyum.
“Pus, Cakep. Kamu aku panggil si Koneng, deh. Karena warna bulumu yang kuning.”
Lantas, Nida menyibukkan dirinya mengajak si Koneng bermain-main. Karya tulisnya pun terlupakan!
“Miaaaw!’’ Si Koneng datang lagi!
Mata Nida berbinar-binar menyambut kedatangannya. Si Koneng terbiasa datang setiap jam dua siang. Dia muncul dari pintu ruang belajar di lantai atas rumah Nida yang selalu terbuka, apabila Nida sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
Rumah Nida memang berhimpitan dengan rumah tetangga kanan-kirinya. Memudahkan si Koneng melompat dari satu atap rumah ke atap rumah lainnya.
Setelah tiga hari pertemuannya dengan si Koneng, Nida masih belum tahu siapa pemilik kucing itu. Dan Nida memang tak ingin tahu. Biar saja, pokoknya dia bisa memiliki si Koneng selama dua jam karena biasanya setiap jam empat sore, si Koneng akan berlari pulang. Selama ini pula, Koneng hanya diijinkan Nida bermain-main di ruang belajarnya. Oh, jangan sampai turun ke lantai bawah dan ditemukan Bunda! Karena pasti akan diusir Bunda!
Si Koneng semakin akrab dengan Nida. Dia tak takut-takut lagi mengusap-usap tubuhnya ke kaki Nida. Bahkan, berani menghampiri jemari Nida yang menjentik memanggilnya. Kemudian, si Koneng akan menjilat-jilat jemari Nida itu. Si Koneng juga semakin sering mengeong. Kadang membuat Nida khawatir suaranya akan terdengar sampai lantai bawah.
“Hush! Pus.... Koneng, jangan kenceng-kenceng, ya, ngeongnya, nanti kedengeran Bunda. Cup... cup… diem… diem…,” bujuk Nida. Tapi, si Koneng tak jua mengerti. Tetap saja mengeong semakin kencang dan semakin sering. Sambil matanya tak lepas memandang Nida, seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Aduh, pus... jangan berisik dong, Sayang,” seru Nida sambil mengelus-elus kepala si Koneng. Tapi, terlambat... terdengar suara Bunda.
“Nidaaa!” Nida sedikit panik.
“Tuh, kan? Pus, sih…,” ujarnya dengan nada sangat menyesal. Tapi, si Koneng seperti tak peduli. Ia tetap mengeong, semakin sering dan melengking. Nida terpaksa membopongnya dan membawanya keluar menuju balkon. Meletakkannya di lantai, tapi belum sempat Nida menutup pintu, si Koneng sudah melesat mendahuluinya masuk ke ruang belajar. Menatapnya dan mengeong keras!
“Hhhh!” Nida menarik napas, tak menyangka si Koneng akan membuatnya kesal.
“Nidaaa…!” Terdengar lagi panggilan bunda.
Terpaksa Nida membuat trik untuk menipu si Koneng. Dilemparkannya ke lantai balkon bola ping-pong berwarna oranye yang biasa digunakannya untuk bermain dengan si Koneng. Benar saja! Si Koneng segera mengejar bola itu. Pada saat itulah, Nida lekas-lekas menutup pintu.
Terdengar suara Koneng yang mengeong-ngeong memilukan… sungguh tak tega Nida mendengarnya. Tapi, Nida harus segera turun menemui Bunda. Secepatnya Nida berlari turun.
“Ya, Bundaaa…,” sahutnya.
“Nida, dipanggil bunda kok lama banget nyahutnya,” kata Bunda setelah Nida berada di hadapannya.
“Maaf deh Bunda. Nida tadi lagi tanggung….” Bunda menatap Nida penuh selidik.
“Tanggung ngapain hayoo?” Nida terlihat agak gugup,
“Eh, lagi ngetik tugas.…Tapi, gak ada apa-apa kok Bunda. Bener, deh. Bunda gak denger apa-apa, kan?” jawab Nida dengan pandangan khawatir. Bunda tersenyum,
“Makanya Bunda khawatir. Bunda nggak denger apa-apa. Kirain kamu tidur atau sakit? Kok nggak menyahuti panggilan Bunda…,” kata bunda lembut. Nida menarik napas lega.
“Tadi Fifin nelepon. Kamu kelamaan turun, jadi teleponnya Bunda tutup. Nanti kata Fifin mau nelepon lagi. Dia cuma nanya, kok kamu belum dateng ke rumahnya katanya kamu udah janji mau mengerjakan tugas bersama?” tanya Bunda.
“Ha? Iya, aku lupa!” pekik Nida dalam hati.
Dia terlalu asyik bermain dengan si Koneng sampai lupa dengan janjinya pada teman-temannya. Nida menatap jam dinding. Wah, sudah pukul setengah empat sore! Sudah terlambat sekali karena rencananya mereka akan mulai mengerjakan tugas pada pukul dua siang. Segera Nida mengangkat telepon untuk menghubungi Fifin, semoga dia masih diterima walau datang terlambat….
Keseriusan Nida menyelesaikan tugas sejak sepulang sekolah terganggu oleh sebuah suara lembut.
“Miaaaw…. Miaaaw….”
Ah, si Koneng sudah datang. Seperti biasa, tepat pukul dua siang. Tapi kali ini Nida tak ingin bermain. Banyak tugas yang harus diselesaikannya. Apalagi kemarin ia terlambat ikut menyelesaikan tugas kelompok ini bersama teman-temannya. Maka, beban tugasnya pun menjadi semakin banyak. Belum lagi dia harus menghapal banyak istilah-istilah Biologi untuk ujian besok. Hhh! Seperti biasa, sistem kebut semalam, deh! Tapi, manalah si Koneng dapat mengerti?
Si Koneng langsung menubruk kaki Nida dan mengusap-usapkan kepalanya, seperti biasa. Namun, kali ini si Koneng terdengar semakin cerewet, semakin sering mengeong.
“Miaaaw… miaaaw… miaaaw…,” celoteh kucing itu. Ih, Nida benar-benar merasa terganggu!
“ Pus… please… jangan ganggu aku, dong… aku lagi belajar nih…,” keluh Nida.
Si Koneng malah mengira Nida mau mengajaknya bermain. Dia melompat-lompat kegirangan sambil menatap Nida penuh harap. Dan suara mengeongnya…. Hiiih!!
“Miaaaw… miaaaw… miaaaw…!”
“Aduh, Pus! Udah deh, Pus.... Keluar aja, ya?” ujar Nida sambil membopong kucing itu dan membawanya keluar. Segera setelah diturunkannya kucing itu di lantai balkon, lekas-lekas Nida berniat menutup pintu. Tapi, hup! Si Koneng lebih gesit. Dia sudah melesat ke dalam ruang belajar, menatap Nida tajam seperti menantangnya!
“Miaaaw!”
Nida mendengus, “Hhh! Sepertinya mesti dikibulin lagi nih, si Koneng!” ujar Nida. Seperti kemarin, Nida melempar keluar bola ping-pong berwarna oranye. Secepat kilat si Koneng mengejarnya. Pada saat itulah segera Nida menutup pintu! Dan hatinya pun merasa lega! Namun, suara mengeong si Koneng masih terdengar, memilukan penuh harap. Ah, Nida tak ingin peduli. Kali ini tugasnya lebih penting. Tak ada waktu buat si Koneng! Benarlah tindakannya kali ini, menyingkirkan si Koneng!
Siang menjelang sore itu, tiba-tiba tampak mendung menggantung di langit. Kumpulan air hujan yang membentuk awan kelabu, berarak-arak di angkasa dan tampaknya sebentar lagi siap untuk ditumpahkan. Tak lama, benarlah! Hujan deras tumpah dari langit. Nida tak peduli. Ia masih sibuk menyelesaikan tugasnya. Baru setengah jam kemudian Nida tersadar. Hujan begitu deras. Dan si Koneng? Si Koneng telah dia tinggalkan dil uar!
Nida menuju pintu dan membukanya perlahan…. Oh, air hujan telah membasahi seluruh lantai balkon sampai ke setiap sudut-sudutnya. Pandangan mata Nida menyapu lantai balkon yang basah digenangi air. Si Koneng tak ada!
“Jangan-jangan si Koneng kehujanan di tengah jalan…. Di manakah rumahnya? Jauhkah dari sini? Ah, Koneng… maafkan aku.…”
Pukul dua siang. Nida menghempaskan tubuh lelahnya ke atas karpet yang tergelar di lantai ruang belajarnya. Meletakkan kepalanya di bantal-bantal besar nan empuk…. Ah, lega rasanya. Tak sia-sia Nida begadang semalaman menyelesaikan tugas-tugasnya dan menghapal istilah-istilah Biologi yang sulit dan banyak sekali. Nida merasa puas karena Nida tahu sebagian besar jawaban soal-soal ujian tadi. Perkiraan kasarnya, sembilan puluh persen soal berhasil dijawabnya dengan benar! Setidak-tidaknya, Nida yakin akan meraih nilai delapan puluh lima. Selain itu, teman-temannya puas sekali dengan sisa tugas yang telah diselesaikan Nida. Wow, perfect! Hari ini benar-benar sempurna. Nida baru ingat, biasanya jam-jam segini… si Koneng datang….
Jam dinding di ruang belajar itu menunjukkan pukul setengah empat sore. Aneh, si Koneng tidak datang. Nida menjadi gelisah.
“Kenapa ya si Koneng? Kenapa hari ini tidak muncul?” Nida menjadi cemas. Jangan-jangan kucing itu celaka karena kehujanan dalam perjalanan pulang kemarin.
Nida bertanya kepada Bunda apakah pernah melihat kucing cantik berbulu lebat berwarna kuning keemasan. Tapi, Bunda menjawab tak pernah melihat kucing seperti itu. Begitu juga ketika Nida bertanya kepada Mbok Nar.
“Mbok nggak pernah liat, Neng!” jawab Mbok Nar.
“Tapi, Mbok Nar pasti pernah denger suaranya, kan? Suaranya nyaring banget dan cerewet banget gak bisa berhenti mengeong.” Nida masih bertanya. Dan lagi-lagi Mbok Nar menggeleng.
“Bener deh, Neng. Mbok nggak pernah denger suara kucing. Ibu kan nggak suka ada kucing di dalam rumah. Jadi kalo Mbok denger suara kucing di rumah, pasti langsung Mbok cari dan kucingnya Mbok usir,” jawab Mbok Nar.
Nida mengernyit, tak habis pikir.
“Masa, iya sih hanya aku yang melihat dan mendengar si Koneng? Suaranya aja berisik begitu. Rumah ini tak terlalu besar. Suara si Koneng yang melengking itu seharusnya dapat didengar oleh orang yang berada di lantai bawah. Dan anehnya, si Koneng seperti punya jadwal pasti, jam dua datang dan pulang tepat jam empat. Kucing aneh. Milik siapakah ia? Dan mengapa hari ini tidak datang? Mmm, positive thinking aja, deh. Semoga hari ini si Koneng memang sedang senang di rumahnya. Lagi diajak main-main sama yang punya…,” harap Nida.
Tiga hari sudah si Koneng tidak tampak batang hidungnya. Nida masih merasa bersalah.
“Jangan-jangan si Koneng kapok bermain denganku lagi gara-gara aku tega membiarkannya kedinginan dalam cuaca hujan di luar rumah,” pikir Nida.
Tiba-tiba, datang Mbok Nar yang baru pulang dari warung dengan tergopoh-gopoh. Membuat Nida dan Bunda yang sedang asyik menonton televisi terkejut.
“Bu, Bu!” seru Mbok Nar dengan pandangan nanar.
“Ada apa, Mbok? Kok kelihatan panik begitu?” tanya Bunda.
“Ibu inget Oma Nancy? Yang tinggal di belakang rumah?” Mbok Nar malah balik bertanya. Bunda mengangguk.
“Iya, ingat. Nenek tua yang hanya tinggal dengan seorang pembantu itu, kan? Yang rumahnya besar?” jawaban Bunda malah berbentuk pertanyaan. Kali ini gantian Mbok Nar yang mengangguk.
“Sekarang lagi rame di rumahnya, Bu. Ada polisi segala. Katanya, Oma Nancy mati dibunuh perampok!” jawab Mbok Nar benar-benar mengejutkan Bunda dan Nida.
“Apa??!! Ah, yang bener?” tanya Bunda tak percaya. Mbok Nar mengangguk keras.
“Bener, Bu!” jawabnya tegas. Bunda dan Nida saling tatap, masih tak percaya….
Oma Nancy…. Kasihan sekali nenek tua itu. Hidup sendiri hanya ditemani oleh seorang pembantu. Anak-anaknya telah hidup sukses, kaya-raya dan sangat sibuk sehingga tak sempat sering-sering mengunjungi Oma Nancy. Walaupun mereka tinggal di kota yang sama, tiga orang anak Oma Nancy yang semuanya telah berkeluarga, belum tentu mengunjunginya tiga bulan sekali. Dan kini, Oma Nancy mati dibunuh perampok? Betapa mengerikan! Apakah tak ada yang tahu kejadiannya? Mendengar teriakannya? Rumahnya terletak di blok yang membelakangi rumah Nida. Nida merinding. Tak adakah yang melihat perampok-perampok itu?
Malamnya, ayah melengkapi kisah Oma Nancy. Karena sepulang dari kantor, ayah mengikuti perkembangan kisahnya secara langsung dan mendapat penjelasan dari Pak RT.
“Diduga keras yang membunuh Oma Nancy adalah pembantunya yang baru sebulan bekerja di rumahnya itu,” kata ayah.
“Ih, kejam banget!” pikir Nida sambil meringis.
“Karena tak ada tanda-tanda pintu dirusak paksa. Pintu terkunci dari luar. Sang pembantu menghilang berikut pakaiannya dan barang berharga Oma Nancy. Kata anaknya, Oma Nancy menyimpan sebuah kotak perhiasan berisi emas permata bernilai puluhan juta rupiah. Kotak itulah yang hilang. Kematian Oma Nancy karena dicekik dengan seutas kawat. Si pembantu tahu, keluarga Oma Nancy jarang menghubunginya sehingga si pembantu yakin dia pasti sempat pergi jauh sebelum perbuatannya itu diketahui orang lain. Seandainya anak-anak Oma Nancy lebih memperhatikannya, menelepon setiap hari untuk mengecek keadaan Oma Nancy, pasti kejadian itu dapat lebih cepat diketahui” lanjut ayah lagi.
“Lho, memangnya kejadiannya kapan, Yah?” tanya Bunda.
“Oma Nancy telah meninggal sejak seminggu yang lalu…. Tak sengaja kejadian itu diketahui setelah pembantu sebelah rumahnya curiga mengapa pembantu Oma Nancy lama tak terlihat membeli sayur di tukang sayur keliling langganan mereka. Malah, tak pernah terlihat keluar untuk menyapu halaman rumahnya,” jawab ayah.
Oooh, Bunda dan Nida sama-sama terkejut dan terenyuh mendengar nasib Oma Nancy.
“Anehnya, di atas mayat Oma Nancy tergeletak bangkai seekor kucing berbulu kuning. Sepertinya kucing itu adalah kucing anggora kesayangan Oma Nancy yang setia menunggui mayat majikannya sampai kucing itu sendiri ikut mati kelaparan….” Ayah meneruskan ceritanya.
Nida langsung pucat pasi mendengarnya! Kucing? Anggora… berbulu kuning?
“Si Koneng?” tanyanya dalam hati. Rasanya Nida mau pingsan!